Saturday, May 21, 2016

Cara Budidaya Ikan Nila Untuk Meningkatkan Produksi


Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 yang lalu diperkirakan akan mencapai sekitar 250 juta jiwa. Diperkirakan saat itu, diperlukan sekitar 36,2 gram protein per kapita per hari. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% atau 21,72 gram protein diharapkan dapat dipenuhi dari hasil perikanan dan sisanya barasal dari peternakan. Besarnya kebutuhan protein yang berasal dari perikanan tersebut setara dengan sekitar 42 kg ikan per kapita per tahun (apabila digunakan angka kandungan protein rata-rata sebesar 18,5%).

Ikan Nila. Memiliki kandungan protein yang baik bagi tubuh manusia

Dengan demikian, kebutuhan ikan penduduk Indonesia pada tahun 2015 yang lalu diperkirakan sebesar 10,5 juta ton atau hampir dua kali lipat dari potensi stok ikan laut Indonesia saat ini. Jadi untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani tersebut tentu sudah tidak memungkinkan lagi tercukupi dari ikan hasil tangkapan laut yang menunjukkan penurunan jumlah dari tahun ke tahun. Karena itu, perlu suatu usaha budidaya ikan untuk meningkatkan hasil produksi. Ssehingga pengembangan budidaya ikan-ikan bernilai ekonomi penting menempati posisi yang sangat strategis pada masa mendatang. Peluang ini pun dapat dimanfaatkan oleh calon atau pembudidaya ikan nila.

Didukung oleh Pemerintah


Pada dasarnya pola usaha budidaya ikan nila tidak berbeda jauh dengan pola usaha budidaya ikan-ikan konsumsi air tawar jenis lainnya. Jika terjun ke usaha ini, filosofi yang harus dipegang adalah filosofi umum yang digunakan dalam agrobisnis, yaitu dengan istilah “mengawali usaha dengan kegiatan akhir dan mengakhiri dengan kegiatan awal". Kegiatan akhir yang dimaksud adalah pasar, sedangkan kegiatan awal adalah produksi.

Artinya, dalam hal usaha budi daya ikan nila, ketersediaan dan peluang serapan pasar merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan. Karena itu, sebelum memulai suatu usaha, calon pembudidaya semestinya sudah "membaca" peluang pasar yang ada termasuk mengetahui bagaimana cara memanfaatkan peluang pasar tersebut. Dengan demikian, besaran produksi yang dihasilkan dapat diserap secara optimal oleh pasar.

Dalam pengembangan budi daya ikan nila, pemerintah menyiapkan beberapa program khusus, yakni sebagai berikut.

  1. Nila merupakan jenis ikan yang mudah dibudidayakan, baik di kolam, karamba, KJA, maupun di sawah. Selain mampu memenuhi kebutuhan lokal, ikan nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin meningkat permintaannya.
  2. Untuk mengatasi kendala dalam pengadaan indukan, pemerintah telah berupaya mengembangkan program intensifikasi budi daya (INBUD) nila dan program budi daya di pedesaan BUP (EDES), diseminasi teknologi, dan pengembangan NBC (National Broodstock Center atau Pusat Stock Induk Nasional), sertifikasi benih, serta pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) sentral dan lokal.
  3. Sentra pengembangan utama nila meliputi Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Bali.
  4. Secara kelembagaan, dukungan pemerintah untuk mengembangkan produksi perikanan budi daya (khususnya ikan konsumsi) telah ditetapkan dalam visi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Disebutkan, pada tahun 2015, Indonesia diupayakan akan menjadi produsen ikan terbesar di dunia. Untuk itu, telah ditetapkan program percepatan peningkatan produksi melalui beberapa langkah berikut ini.
  • Program percepatan peningkatan produksi perikanan budi daya untuk ekspor (PROPEKAN).
  • Program percepatan peningkatan produksi perikanan budi daya untuk komsumsi ikan masyarakat (PROKSIMAS).
  • Program perlindungan dan rehabilitasi sumber daya perikanan budi daya (PROLINDA).
  • Sejak awal 2010, untuk mempercepat pencapaian produksi dan target pemasaran perikanan, dikembangkan konsep pembangunan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem pengaturan kawasan dengan prinsip-prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi yang disebut "minapolitan"atau kawasan produksi kelautan dan perikanan yang terintegrasi. Kawasan minapolitan pada tahap awal dibangun di beberapa kabupaten sebagai pilot project yaitu di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan; Kabupaten Banyumas, Klaten, dan Boyolali di Jawa Tengah; serta Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan dan Kabupaten Bangli di Provinsi Bali.

Peluang Usaha Pembenihan Ikan Nila


Kegiatan usaha pembenihan merupakan kegiatan awal dari proses usaha budi daya ikan nila.Tanpa benih, maka kegiatan lanjutan pendederan dan pembesaran tidak bisa dijalankan. Benih yang dihasilkan berukuran 1 - 3 cm atau 3 - 5 cm. Berdasarkan pengamatan pasar, permintaan benih ikan nila selalu meningkat dan tidak kalah menarik dengan permintaan ikan konsumsi lainnya.
Bagi para pembenih atau calon pembenih, usaha pembenihan ikan nila memiliki peluang pasar yang cukup menjanjikan. Berikut beberapa fakta pendukung bahwa usaha pembenihan tergolong ladang bisnis yang menguntungkan.

 Waktu pemeliharaan cukup singkat. Dengan kata lain, tidak memerlukan waktu yang la ma. Hanya dalam waktu 3 - 4 minggu, pembudidaya sudah dapat menghasilkan benih ukuran 1 - 3 cm yang dapat langsung dijual kepada pendeder.

Produktivitas cukup tinggi.  Dengan hanya memiliki induk nila 2 - 3 paket, pembudidaya dapat menghasilkan benih yang cukup banyak.

Modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Biaya operasional relatif kecil karena tidak memerlukan pakan yang banyak sebab benih-benih yang dipelihara masih berukuran kecil.

Perputaran modal cepat. Dalam waktu maksimum satu bulan pembenih sudah bisa menjual benih yang dihasilkan.

Pertumbuhan benih cepat, terutama bila menggunakan induk-induk yang berkualitas baik dan diketahui asal-usulnya.

Persaingan usaha relatif kecil, mengingat tidak terlalu banyak yang mengusahakan kegiatan pembenihan nila, hanya pembenih tertentu terutama yang memiliki lahan sendiri.

Indukan Ikan Nila. Pertumbuhan benih salah-satunya dipengaruhi oleh pemilihan indukan

Peluang Usaha Pendederan Ikan Nila


Pendederan adalah lanjutan dari kegiatan pembenihan. Benih hasil dari kegiatan pembenihan dipelihara oleh para pendeder. Kegiatan ini dilakukan di kolam tanah, kolam tembok, atau di dalam waring. Hasil produksi dari kegiatan pendederan selanjutnya dipelihara di usaha pembesaran. Rata-rata benih yang dihasilkan pada kegiatan pendederan berukuran 5 - 7 cm atau 8 - 12 cm per ekor.



Peluang usaha pada kegiatan pendederan ini masih menjanjikan, terutama untuk memasok kebutuhan benih bagi kegiatan pembesaran. Berikut ini fakta pendukung mengapa usaha pendederan ikan nila menguntungkan untuk dilakoni.
  • Waktu pemeliharaan berlangsung relatif cepat. Kegiatan pendederan hanya memerlukan waktu sekitar 30 45 hari. Benih pun sudah dapat dipanen.
  • Tingkat pertumbuhan benih cepat serta dapat memanfaatkan pakan alami dan pakan buatan.
  • Jika diamati di lapangan, ternyata belum banyak pembudidaya yang mengambil segmen ini sehingga persaingan usaha masih sedikit. 
  •  Teknis budi daya tergolong sederhana, mudah dilaksanakan, teknologi sudah tersedia, dan didukung oleh pemerintah.
  • Modal yang dibutuhkan relatif tidakterlalu besar, karena biaya operasional yang dikeluarkan hanya berupa pakan untuk benih. Selain itu, pembudidaya dapat pula memanfaatkan pakan alami. 
  • Perputaran modal relatif cepat. Dengan waktu pemeliharaan 30—45 hari, benih sudah dapat dipanen sehingga perputaran modal tidak terlalu lama.
Budi Daya Ikan Air Tawar
Budidaya
Peluang Pasar Usaha Pengolahan Ikan Nila